Terkadang ia peka memandang,
Terkadang ia menangis pilu,
Terkadang ia terlelap seketika,
Seringkali memandang keindahan alam,
Seringkali juga terjerat nafsu serakah.
Begitu asyik dia memandang,
Terukir senyuman pada bibir mulusnya,
Terhambur tawa bak kicauan burung,
Seiring tenggelam bersama mergastua.
Sanggup melawan gelita malam,
Melihat indah tanaman membangun hijau,
Memerhati gerak-geri manusia,
Begitu terpegun dengan kurniaanNya.
Terkadang rasanya seperti api berbisa,
Tidak tertahan menanggungnya,
Semakin hari semakin terhakis,
Hanya titisan berlian yang berjurai jatuh.
Bibir hanya mampu beristighfar,
Sekelip mata sahaja
menjadi kabur,
Kelam, hitam, hanya
bisikan yang kedengaran,
Nikmat itu hanyalah
sebuah pinjaman,
Yang kini buta buat
selamanya.
( Cacah )
No comments:
Post a Comment